Iman kepada hari akhir hukumnya wajib dan kedudukannya dalam agama merupakan salah satu di antara rukun iman yang enam. Banyak sekali Allah Taâala menggandengkan antara iman kepada Allah dan iman kepada hari akhir, karena barangsiapa yang tidak beriman kepada hari akhir, tidak mungkin akan beriman kepada Allah. Orang yang tidak beriman dengan hari akhir tidak akan beramal, karena seseorang tidak akan beramal kecuali dia mengharapkan kenikmatan di hari akhir dan takut terhadap adzab di hari akhir.[1]
Disebut hari akhir karena pada hari itu tidak ada hari lagi setelahnya, saat itu merupakan tahapan yang terakhir[2]. Keimanan yang benar  terhadap hari akhir mancakup tiga hal pokok yaitu mengimani adanya hari kebangkitan, mengimani adanya hisaab (perhitungan) dan jazaaâ (balasan), serta mengimani tentang surga dan neraka. Termasuk juga keimanan kepada hari akhir adalah mengimani segala peristiwa yang akan terjadi setelah kematian seperti  fitnah kubur, adzab kubur, dan nikmat kubur.
Mengimani Adanya Hari Kebangkitan
Hari kebangkitan adalah hari dihidupkannya kembali orang yang sudah mati ketika ditiupkannya sangkakala yang kedua. Kemudian manusia akan berdiri menghadap Rabb semesta alam dalam keadaan telanjang tanpa alas kaki, telanjang tanpa pakaian, dan dalam keadaan tidak disunat. Allah Taâala berfirman,
ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ·ÙÙÙ٠اÙسÙÙÙ Ùآء٠ÙÙØ·ÙÙÙ٠اÙسÙÙجÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙتÙب٠ÙÙÙ Ùا بÙدÙØ£ÙÙÙØ¢ Ø£ÙÙÙÙÙÙ Ø®ÙÙÙÙÙ ÙÙÙعÙÙدÙÙÙ ÙÙعÙدÙا عÙÙÙÙÙÙÙØ¢ Ø¥ÙÙÙÙا ÙÙÙÙÙا ÙÙاعÙÙÙÙÙÙ {104}
âYaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran â lembaran kertas. Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; sesungguhnya Kamilah yang akan melaksanakannya.â (QS. Al Anbiyaaâ:104)
Hari kebangkitan merupakan kebenaran yang sudah pasti. Ditetapkan oleh Al Quran, As Sunnah dan Ijmaaâ (konsensus) kaum muslimin. Allah Taâala berfirman,
Ø«ÙÙ Ù٠إÙÙÙÙÙÙ٠بÙعÙد٠ذÙÙÙÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙتÙÙÙÙ {15} Ø«ÙÙ Ù٠إÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙ٠٠اÙÙÙÙÙÙا٠Ùة٠تÙبÙعÙØ«ÙÙÙÙ {16}
âKemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati(15). Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.(16)â (QS. Al Mukminun:15-16)
Rasulullah shalallahu âalaihi wa salaam bersabda :
ÙØشر اÙÙاس ÙÙ٠اÙÙÙا٠ة ØÙاة عراة غرÙا
âPada hari kiamat, seluruh manusia akan dikumpulkan dalam keadaan tanpa alas kaki, telanjang, dan tidak disunatâ[3]
Kaum muslimin juga telah sepakat mengenai kepastian adanya hari kebangkitan ini. [4]
Mengimani Adanya Hari Perhitungan dan Pembalasan
Termasuk perkara yang harus diimani berkenaan dengan hari akhir adalah mengimani adanya hari perhitungan dan pembalasan. Seluruh amal perbuatan setiap hamba akan dihisab dan diberi balasan. Hal ini juga telah ditetapkan oleh Al Quran, As Sunnah dan ijmaaâ kaum muslimin.
Allah Taâala berifrman,
Ø¥ÙÙÙ٠إÙÙÙÙÙÙÙØ¢ Ø¥ÙÙÙÙابÙÙÙÙ Ù {25} Ø«ÙÙ Ù٠إÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙÙا ØÙسÙابÙÙÙÙ {26}
âSesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka(25). kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka.â (QS. Al Ghasiyah:25-26)
ÙÙÙÙضÙع٠اÙÙÙ ÙÙÙازÙÙÙ٠اÙÙÙÙسÙØ·Ù ÙÙÙÙÙÙ٠٠اÙÙÙÙÙÙا٠ÙØ©Ù ÙÙÙا٠تÙظÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙس٠شÙÙÙئÙا ÙÙØ¥ÙÙ ÙÙاÙÙ Ù ÙØ«ÙÙÙاÙÙ ØÙبÙÙØ©Ù Ù ÙÙÙÙ Ø®ÙرÙدÙÙ٠أÙتÙÙÙÙÙا بÙÙÙا ÙÙÙÙÙÙ٠بÙÙÙاØÙاسÙبÙÙÙÙ {47}
âKami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.â (QS. Al Anbiyaaâ:47)
Telah shahih dari Nabi shalallahu âalaihi wa salaam, beliau bersabda,
ÙÙ Ù Ù٠بØسÙØ© ÙÙÙ Ùع٠ÙÙا Ùتبت ÙÙ ØسÙØ© Ùإ٠ع٠ÙÙا Ùتبت Ù٠عشرا ÙÙ Ù Ù٠بسÙئة ÙÙÙ Ùع٠ÙÙا Ù٠تÙتب Ø´Ùئا Ùإ٠ع٠ÙÙا Ùتبت سÙئة ÙاØدة
âBarangsiapa yang berniat melakukam suatu kebaikan, lalu mengerjakannya, maka Allah telah menulisnya sepuluh hingga tujuh ratus kebaikan, bahkan sampai kelipatan yang lebih banyak lagi. Sedangkan barangsiapa yang berniat melakukan keburukan, lalu mengerjakannya, maka Allah hanya akan menulisnya satu keburukan sajaâ [5].
Kaum muslimin juga telah bersepakat tentang adanya hari perhitungan dan pembalasan. Dan ini sesuai dengan  tuntutan hikmah Allah Taâala.[6]
Mengimanai Adanya Surga dan Neraka
Hal lain yang harus diimani seorang muslim adalah tentang surga dan neraka. Keduanya merupakan tempat kembali yang abadi bagi makhluk. Surga adalah kampung kenikmatan yang dipersiapkan oleh Allah Taâala bagi orang-orang yang beriman. Sedangkan neraka adalah hunian yang penuh dengan adzab yang dipersiapkan oleh Allah Taâala untuk orang-orang kafir. Allah Taâala berfirman :
Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙØ£ÙبÙرÙار٠ÙÙÙÙÙ ÙÙعÙÙÙ Ù {13} ÙÙØ¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙجÙÙار٠ÙÙÙÙ٠جÙØÙÙÙ Ù {14}
âSesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam syurga yang penuh keniâmatan. dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam nerakaâ (Al Infithaar:13-14)
Berkaitan dengan surga dan neraka, ada beberapa hal penting yang merupakan keyakinan ahlus sunnah yang membedakannya dengan ahlul bidâah :
Pertama: Surga dan Neraka Benar Adanya
Keberadaan surga dan nereka adalah haq (benar adanya). Tidak ada keraguan di dalamnya. Neraka disediakan bagi musuh-musuh Allah, sedangkan surga dijanjikan bagi wali-wali Allah. Penyebutan tentang surga dan neraka dalam Al Quran dan As Sunnah sangatlah banyak. Terkadang disebutkan tentang kondisi penduduk surga dan neraka. Terkadang disebutkan tentang janji kenikmatan surga dan adzab di neraka. Terkadang disebutkan dorongan agar bersemangat meraih surga dan ancaman dari neraka. Demikian pula As Sunnah banyak menyebutkan tentang surga dan neraka. Itu semua menunjukkan bahwa keberadaan surga dan neraka adalah benar adanya. [7]
Kedua: Surga dan Neraka Sekarang Sudah Ada
Ahlus sunnah telah sepakat bahwa keduanya merupakan makhluk Allah yang telah ada sekarang. Hal ini bertentangan dengan keyakinan muâtazilah dan qodariyah yang lebih mengedepankan akal mereka. Adapun dalilnya adalah firman Allah,
ÙÙسÙارÙعÙÙا Ø¥ÙÙÙÙ Ù ÙغÙÙÙرÙØ©Ù Ù ÙÙ٠رÙÙبÙÙÙÙÙ Ù ÙÙجÙÙÙÙة٠عÙرÙضÙÙÙا اÙسÙÙÙ ÙاÙÙات٠ÙÙاÙÙØ£ÙرÙض٠أÙعÙدÙÙت٠ÙÙÙÙÙ ÙتÙÙÙÙÙÙÙ { 133}
âDan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang telah  disediakan untuk orang-orang yang bertakwaâ (QS. Ali Imran:133)
Tentang neraka Allah berfirman,
ÙÙاتÙÙÙÙÙا اÙÙÙÙار٠اÙÙÙتÙ٠أÙعÙدÙÙت٠ÙÙÙÙÙÙاÙÙرÙÙÙÙ {131}
âDan peliharalah dirimu dari api neraka, yang telah disediakan untuk orang-orang yang kafirâ (QS. Ali Imran:131)
Diriwayatkan juga bahwa Nabi shallallahu âalaihi wa sallam pernah melihat Sidratul Muntaha, kemudian melihat dan masuk ke dalam surga. Hal ini terjadi ketika beliau Israâ Miâraj.[8]
Ketiga: Penciptaan Surga dan Neraka Sebelum Penciptaan Makhluk
Dalilnya adalah firman Allah Taâala,
ÙÙÙÙائÙادÙ٠٠اسÙÙÙÙ٠أÙÙت٠ÙÙزÙÙÙجÙÙ٠اÙÙجÙÙÙÙØ©Ù ÙÙÙÙÙا٠٠ÙÙÙ ØÙÙÙØ«Ù Ø´ÙئÙتÙÙ Ùا ÙÙÙاÙتÙÙÙرÙبÙا ÙÙØ°ÙÙ٠اÙØ´ÙÙجÙرÙØ©Ù ÙÙتÙÙÙÙÙÙا Ù ÙÙ٠اÙظÙÙاÙÙÙ ÙÙÙÙ {19}
â(Dan Allah berfirman): âHai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.ââ (QS. Al Aâraf: 19)
Surga ada setelah ditiupkannya ruh pada diri Adam. Hal ini menunjukkan surga sudah ada sebelum penciptaan Adam. [9].
Keempat: Surga dan Neraka Sudah Ditentukan Siapakah Yang Akan Menjadi Penghuninya
Dalilnya adalah firman Allah Taâala,
ÙÙÙÙÙÙد٠ذÙرÙØ£ÙÙÙا ÙÙجÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØ«ÙÙرÙا Ù ÙÙ٠اÙÙجÙÙÙÙ ÙÙاÙÙØ¥ÙÙسÙ
âDan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia ⦠â(QS. Al Aâraf: 179)
Dari âAisyah, Rasulullah shalallahu âalaihi wa salam bersabda,
إ٠اÙÙÙ Ø®ÙÙ ÙÙجÙØ© Ø£ÙÙا Ø®ÙÙÙÙ ÙÙا ÙÙÙ Ù٠أصÙاب آبائÙÙ ÙØ®ÙÙ ÙÙÙار Ø£ÙÙا Ø®ÙÙÙÙ ÙÙا ÙÙÙ Ù٠أصÙاب آبائÙÙ
ââ¦Â Sesungguhnya Allah telah menciptakan para penghuni untuk jannah. Allah telah menentukan mereka sebagai penghuninya, sedangkan mereka masih dalam tulang sulbi bapak-bapak mereka. Allah juga telah menciptakan para penghuni bagi neraka. Allah telah menentukan mereka sebagai penghuninya, padahal mereka masih dalam tulang sulbi bapak-bapak merekaâ [10].[11]
Kelima: Surga dan Neraka Kekal Abadi
Allah Taâala berfirman,
ÙÙØ£ÙÙ ÙÙا اÙÙÙØ°ÙÙÙ٠سÙعÙدÙÙا ÙÙÙÙ٠اÙÙجÙÙÙÙØ©Ù Ø®ÙاÙÙدÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙا Ù ÙادÙا٠Ùت٠اÙسÙÙÙ ÙاÙÙات٠ÙÙاÙÙØ£ÙرÙض٠إÙÙاÙÙ Ù ÙاشÙآء٠رÙبÙÙÙ٠عÙØ·Ùآء٠غÙÙÙر٠٠ÙجÙØ°ÙÙØ°Ù {108}
âAdapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.â (Huud:108)
Rasulullah shalallhu âalaihi wa sallam bersabda,
ÙÙاد٠٠Ùاد Ø¥Ù ÙÙ٠أ٠تصØÙا ÙÙا تسÙÙ Ùا أبدا ÙØ¥Ù ÙÙ٠أ٠تØÙÙا ÙÙا ت٠ÙتÙا أبدا ÙØ¥Ù ÙÙ٠أ٠تشبÙا ÙÙا تÙر٠Ùا أبدا ÙØ¥Ù ÙÙ٠أ٠تÙع٠Ùا ÙÙا تبأسÙا أبدا ÙØ°ÙÙ ÙÙÙ٠عز Ùج٠{ ÙÙÙدÙا أ٠تÙÙ٠اÙجÙØ© Ø£Ùرثت٠ÙÙا ب٠ا ÙÙت٠تع٠ÙÙÙ }
âDatanglah suara berkumandang :Wahai ahli surga, sesungguhnya kamu sekalian akan sehat dan tak pernah sakit. Kamu sekalian akan menjadi muda belia dan tak pernah tua lagi. Dan kalian pun akan hidup dan tak akan pernah mati.â[12].
Keyakinan tentang surga dan neraka di atas, terangkum dalam perkataan yang disampaikan oleh Imam Abu Jaâfar At Thahawy rahimahullah dalam kitab beliau al âAqidah Ath Thahawiyah, beliau menjelaskan,
ÙÙاÙجÙÙÙÙØ©Ù ÙÙاÙÙÙÙار٠٠ÙØ®ÙÙÙÙÙÙÙتÙاÙÙØ Ùا٠تÙÙÙÙÙÙÙاÙ٠أÙبÙدÙا ÙÙÙا تÙبÙÙÙدÙاÙÙØ ÙÙØ¥ÙÙÙ٠اÙÙÙ٠تÙعÙاÙÙÙ Ø®ÙÙÙÙ٠اÙجÙÙÙÙØ©Ù ÙÙاÙÙÙÙار٠ÙÙبÙÙ٠اÙØ®ÙÙÙÙÙØ ÙÙØ®ÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ùا Ø£ÙÙÙÙاÙØ
âSurga dan neraka merupakan dua makhluk yang tidak akan punah dan binasa. Sesungguhnya Allah telah menciptakan keduanya sebelum penciptaan makhluk lainnya dan Allah juga telah menentukan siapakah penghuninyaâ¦â[13].
Mengimanai Fitnah, Adzab, dan Nikmat Kubur
Dalil perkara ini sangat gamblang dan jelas. Allah Taâala menerangkannya di banyak tempat dalam Al Quran. Demikian pula penjabaran dari Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam tentang masalah ini sangat banyak dan mencapai derajat mutawatir. Allah Taâala berfirman,
ÙÙÙÙÙÙتÙرÙ٠إÙذ٠اÙظÙÙاÙÙÙ ÙÙÙÙ ÙÙ٠غÙÙ ÙرÙات٠اÙÙÙ ÙÙÙت٠ÙÙاÙÙÙ ÙÙاÙئÙÙÙة٠بÙاسÙØ·ÙÙا Ø£ÙÙÙدÙÙÙÙ٠٠أÙØ®ÙرÙجÙÙا Ø£ÙÙÙÙسÙÙÙ٠٠اÙÙÙÙÙÙ٠٠تÙجÙزÙÙÙÙ٠عÙØ°Ùاب٠اÙÙÙÙÙÙ٠بÙÙ Ùا ÙÙÙتÙ٠٠تÙÙÙÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙ٠اÙÙÙ٠غÙÙÙر٠اÙÙØÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙتÙ٠٠عÙÙÙ Ø¡ÙاÙÙاتÙÙ٠تÙسÙتÙÙÙبÙرÙÙÙÙ {93}
ââ¦Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim berada dalam tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): âKeluarkanlah nyawamuâ Di hari ini kamu dibalas dengan siksa yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayatNya.â (QS. Al Anâam: 93). [14]
Adapun dalil tentang adanya siksa kubur adalah tentang kisah pertanyaan malaikat di alam kubur kepada mayit tentang Rabbnya, agamanya, dan nabinya. Allah Taâala lalu meneguhkan orang-orang yang beriman dengan kata-kata yang mantap, sehingga dengan kemantapannya ia menjawab, âRabbku adalah Allah, agamaku Islam, dan nabiku adalah Nabi Muhammadâ. Sebaliknya Allah menyesatkan orang-orang yang dzalim. Orang yang kafir hanya bisa menjawab, âHahâ¦hah!Aku tidak tahuâ sementara itu orang munafik atau orang yang ragu menjawab :â Aku tidak tahu. Aku dengar orang-orang mengatakan sesuatu, lalu aku ikut pula mengaatkannyaâ[15].
Faedah Iman yang Benar
Keimanan yang benar akan memberikan faedah yang bermanfaat. Demikian pula keimanan yang benar terhadap hari akhir akan memberikan manfaat yang besar, di antaranya :
- Merasa senang dan bersemangat dalam melakukan kataatan dengan mengharapkan pahalanya kelak di ahri akhir.
- Merasa takut ketika melakukan kemaksiatan dan tidak suka kembali pada maksiat karena khawatir mendapat siksa di hari akhir.
- Hiburan bagi orang-orang yang beriman terhadap apa yang tidak mereka dapatkan di dunia dengan mengharapkan kenikmatan dan pahala di akhirat. [16].
Demikian penjelasan singkat tentang pokok-pokok keimanan kepada hari akhir. Terdapat banyak perincian yang harus kita imani dari hal-hal yang pokok tersebut. Insya Allah akan dijelaskan lebih rinci dalam kesempatan lain. Semoga Allah meneguhkan iman kita hingga ajal menjemput kita. Wallahul muwafiq.
Penulis: Abu âAthifah Adika Mianoki
Murojaâah: M.A. Tuasikal
Catatan kaki :
[1]. Syarh al âAqidah al Washitiyah hal 482, Syaikh Muhammad bin Sholih al âUtsaimin. Dalam kitab Syarh al âAqidah al Washitiyah. Kumpulan Ulama. Penerbit Daarul Ibnul Jauzi
[2]. Ibid. Syaikh âUtsaimin menjelaskan bahwa manusia akan melalui lima tahapan kehidupan yaitu tahapan ketika manusia belum ada,, tahapan ketika dalam perut ibu, tahapan kehidupan dunia, tahapan hidup di alam barzakh, dan tahapan kehidupan akherat.
[3]. H.R Muslim 2859
[4]. Syarh Ushuulil Iman hal 38-39. Syaikh Muhammad bin Sholih Al âUtsaimin. Penerbit Daarul Qasim. Cetakan pertama 1419 H
[5].H.R Muslim 162
[6]. Syarh Ushuulil Iman hal 39-40
[7]. Lihat dalil-dalil selengkapnya dalam Maâarijul Qobul hal 470-472. Syaihk Hafidz bin Ahmad Hakami. Penerbit Darul Kutub âIlmiyah. Cetakan pertama 1424 H/2004 M
[8]. Lihat Syarh al âAqidah at Thahawiyah hal 1056-1058, Al Imam Ibnu Abil âIzz al Hanafi. Dalam  Jaamiâus Syuruuh al âAqidah at Thahawiyah. Penerbit Daarul Ibnul Jauzi cetakan pertama tahun 2006.
[9]. Syarh al âAqidah at Thahawiyah hal 1070, Syaikh Sholih Alu Sayikh. Dalam  Jaamiâus Syuruuh al âAqidah at Thahawiyah. Penerbit Daarul Ibnul Jauzi cetakan pertama tahun 2006.
[10]. H.R Muslim 2662, Abu awud 4713, An Nasaâi 1947, dan Ibnu Majah 82
[11]. Lihat Syarh al âAqidah at Thahawiyah, Ibnu Abil âIzz al Hanafi hal 1070-1071
[12]. H,R Muslim 2837, At Tirmidzi 3246, dan Ahmad 319, dari hadist Abu Hurairah dan Abu Said al Khudri
[13]. Matan al âAqidah at Thahawiyah.
[14]. Lihat dalil-dalil yang lebih lengkap dalam kitab Al Irsyaad ilaa Shahiihil Iâtiqaad hal 224-225. Syaikh Sholih Al Fauzan Penerbit Maktabah Salsabiil Cetakan pertama tahun 2006.
[15]. Lihat Syarh Ushuulil Iman hal 42
[16]. Ibid hal 44
Sumber Rujukan :
Syarhu Ushuulil Iman. Syaikh Muhammad bin Sholih Al âUtsaimin. Penerbit Daarul Qasim. Cetakan pertama 1419 H
Al Irsyaad ilaa Shahiihil Iâtiqaad. Syaikh Sholih Al Fauzan Penerbit Maktabah Salsabiil Cetakan pertama tahun 2006.
Jaamiâus Syuruuh al âAqidah at Thahawiyah. Penerbit Daarul Ibnul Jauzi cetakan pertama tahun 2006.
Syarhu al âAqidah al Washitiyah. Kumpulan Ulama. Penerbit Daarul Ibnul Jauzi.
Maâarijul Qobul. Syaikh Hafidz bin Ahmad Hakami. Penerbit Darul Kutub âIlmiyah. Cetakan pertama tahun1424 H/2004.
Pokok-Pokok Keimanan Kepada Hari Akhir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar