BERPAHALA DENGAN NIAT
Oleh
Ustadz Kholid Syamhudi, Lc
عÙÙ٠أÙبÙÙ٠عÙبÙد٠اÙÙÙ٠جÙابÙر٠ÙÙاÙÙ ÙÙÙÙÙا Ù Ùع٠اÙÙÙÙبÙÙÙ٠صÙÙÙÙ٠اÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠غÙزÙاة٠ÙÙÙÙاÙ٠إÙÙÙ٠بÙاÙÙÙ ÙدÙÙÙÙØ©Ù ÙÙرÙجÙاÙا٠٠Ùا سÙرÙتÙÙ Ù Ù ÙسÙÙرÙا ÙÙÙا٠ÙÙØ·ÙعÙتÙÙ Ù ÙÙادÙÙÙا Ø¥ÙÙاÙÙ ÙÙاÙÙÙا Ù ÙعÙÙÙÙ Ù ØÙبÙسÙÙÙ٠٠اÙÙÙ ÙرÙض٠ÙÙÙÙÙ٠رÙÙÙاÙÙة٠إÙÙاÙÙ Ø´ÙرÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙØ£ÙجÙر٠(رÙÙÙاÙÙ Ù ÙسÙÙÙÙ ( ÙÙرÙÙÙا٠اÙÙبÙØ®ÙارÙÙ٠عÙÙ٠أÙÙÙس٠رÙضÙ٠اÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙ ÙÙاÙ٠رÙجÙعÙÙÙا Ù ÙÙ٠غÙزÙÙÙة٠تÙبÙÙÙÙÙ Ù Ùع٠اÙÙÙÙبÙÙÙ٠صÙÙÙÙ٠اÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙاÙ٠إÙÙÙ٠أÙÙÙÙÙا٠Ùا Ø®ÙÙÙÙÙÙÙا بÙاÙÙÙ ÙدÙÙÙÙØ©Ù Ù Ùا سÙÙÙÙÙÙÙا Ø´ÙعÙبÙا ÙÙÙا٠ÙÙادÙÙÙا Ø¥ÙÙاÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù Ù ÙعÙÙÙا ÙÙÙÙÙÙ ØÙبÙسÙÙÙ٠٠اÙÙعÙØ°ÙرÙ
Dari Abu Abdillah Jabir beliau berkata: kami bersama Nabi Shallallahu âalaihi wa sallam dalam satu peperangan, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya beberapa orang di Madinah tidaklah kalian menempuh suatu perjalanan dan tidak pula kalian melewati satu wadi (lembah) kecuali mereka bersama kalian, mereka ditahan oleh penyakit.
(Dan dalam riwayat lain): kecuali mereka bersama kalian dalam pahala. [HR Muslim]
Dan Imam al-Bukhâri meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu anhu , beliau berkata, “Kami pulang dari perang Tabuk bersama Nabi Shallallahu âalaihi wa sallam lalu beliau Shallallahu âalaihi wa sallam bersabda, “Sesunggunya beberapa orang yang tertinggal di Madinah tidaklah kita melewati satu jalanan dan tidak pula lembah kecuali mereka bersama kita, mereka tertahan oleh udzur”.
TAKHRIJ HADITS
Hadits pertama diriwayatkan imam Muslim dalam Shahîhnya no. 1911 dan hadits kedua diriwayatkan imam al-Bukhâri dalam Shahîhnya no. 2838, 2839 dan 4423.
SYARAH KOSA KATA.
ÙÙ٠غÙزÙاة٠: Dalam satu peperangan. Dalam riwayat al-Bukhari disebutkan dengan jelas yaitu perang Tabuk.
ÙÙادÙÙÙا : tempat mengalirnya air. Dan lembah antara dua gunung atau bukit disebut wâdi karena tempat itu menjadi tempat mengalirnya air. [lihat al-Mufradaat karya al-Ashfahani, hlm. 862]
ØÙبÙسÙÙÙ٠٠اÙÙÙ ÙرÙض٠: tertawan oleh penyakit, sehingga mereka tidak bisa berangkat berjihad. Bukanlah maksud dari hadits adalah pembatasan jenis udzur hanya pada sakit, jika bukan karena sakit maka pahala tersebut tidak ada. Ini keliru karena pengertian hadits ini umum mencakup semua udzur syarâi lainnya, seperti dijelaskan dalam riwayat imam al-Bukhâri dengan lafazh ØÙبÙسÙÙÙ٠٠اÙÙعÙØ°Ùر٠.
SYARAH UMUM
Ketika menjelaskan hadits ini, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin mengatakan bahwa hadits yang mulia ini menjelaskan bahwa seorang jika telah berniat untuk melakukan satu amalan shâlih, lalu terhalang oleh sesuatu, maka ia tetap mendapatkan pahala amalan tersebut.
Demikian juga apabila seorang terbiasa mengerjakan amalan ibadah tertentu pada saat tidak ada udzur, lalu karena sakit atau udzur tertentu ia tidak bisa melakukannya, maka tetap ia mendapatkan pahala amalan tersebut secara sempurna. Rasûlullâh Shallallahu âalaihi wa sallam bersabda :
Ø¥ÙØ°Ùا Ù ÙرÙض٠اÙÙعÙبÙد٠أÙÙ٠سÙاÙÙر٠ÙÙتÙب٠ÙÙÙÙ Ù ÙØ«ÙÙÙ Ù Ùا ÙÙاÙÙ ÙÙعÙÙ ÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙ Ùا صÙØÙÙØÙا
Jika seorang hamba sakit atau bepergian maka dituliskan baginya pahala seperti apa yang diamalkannya ketika sehat dan mukim (tidak bepergian) [1]
Misalnya, seseorang yang biasa shalat bersama jamaah di Masjid, lalu satu ketika mendapat halangan seperti tertidur atau sakit atau yang sejenisnya maka dia tetap mendapatkan pahala shalat bersama jamaah di masjid secara sempurna tanpa ada kekurangan.
Demikian juga jika dia biasa shalat sunnah akan tetapi suatu ketika dia terhalang darinya dan tidak mampu melaksanakannya maka dia tetap diberi pahalanya secara sempurna walaupun tidak mengamalkannya.
Adapun jika hal itu bukan merupakan kebiasaannya maka dia mendapat pahala niatnya saja dan tidak mendapat pahala amalannya. Dalilnya adalah hadits yang berbunyi:orang fakir dari kalangan sahabat berkata:
ÙÙارÙسÙÙÙÙ٠اÙÙÙ٠سÙبÙÙÙÙÙا Ø£ÙÙÙÙ٠اÙدÙÙØ«ÙÙر٠بÙاÙØ£ÙجÙÙÙر٠ÙÙاÙÙÙÙعÙÙ٠٠اÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù- ÙÙعÙÙÙÙ٠إÙÙÙ٠أÙÙÙÙ٠اÙØ£ÙÙ ÙÙاÙ٠سÙبÙÙÙÙÙ٠٠بÙاÙصÙÙدÙÙÙØ©Ù ÙÙاÙÙعÙتÙÙÙ- ÙÙÙÙاÙ٠رÙسÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙ٠صÙÙÙÙ٠اÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙ٠٠أÙÙا٠أÙØ®ÙبÙرÙÙÙ٠٠بÙØ´ÙÙÙÙء٠إذÙا ÙÙعÙÙÙتÙÙ ÙÙÙÙ٠أÙدÙرÙÙÙتÙÙ Ù Ù ÙÙ٠سÙبÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙدÙرÙÙÙÙÙ٠٠أÙØÙد٠إÙÙاÙÙ Ù ÙÙ٠عÙÙ ÙÙÙ Ù ÙØ«ÙÙÙ Ù Ùا عÙÙ ÙÙÙتÙÙ Ù !! ÙÙÙÙاÙ٠تÙسÙبÙÙØÙÙÙÙ ÙÙتÙÙÙبÙÙرÙÙÙÙ ÙÙتÙØÙÙ ÙدÙÙÙ٠دÙبÙر٠ÙÙÙÙ٠صÙÙÙاة٠ثÙÙÙاثÙا ÙÙÙÙعÙÙÙÙÙا ÙÙعÙÙÙ٠٠اÙØ£ÙغÙÙÙÙÙاء٠ÙÙÙÙعÙÙÙÙÙا Ù ÙØ«ÙÙ٠٠ا ÙÙعÙÙÙÙÙا ÙÙجÙاء٠اÙÙÙÙÙرÙاء٠إÙÙÙ٠رÙسÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙ٠صÙÙÙÙ٠اÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙاÙÙÙا: ÙÙارÙسÙÙÙÙ٠اÙÙÙ٠سÙÙ Ùع٠إÙØ®ÙÙÙاÙÙÙÙا Ø£ÙÙÙÙ٠اÙÙØ£ÙÙ ÙÙÙاÙ٠بÙÙ Ùا ÙÙعÙÙÙÙÙا ÙÙÙÙعÙÙÙÙا Ù ÙØ«ÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙاÙ٠رÙسÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙ٠صÙÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙ٠عÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙسÙÙÙÙÙ Ù Ø°ÙÙÙÙÙ ÙÙضÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙؤÙتÙÙÙ Ù ÙÙÙ ÙÙØ´ÙاءÙ
Wahai Rasûlullâh ! Ahlu dutsur (orang-orang kaya) mendahului kami dalam pahala dan nikmat yang kekal-yaitu mendahului mereka dalam bershadaqah dan membebaskan budak-lalu Rasûlulullâh Shallallahu âalaihi wa sallam bersabda, “Maukah kalian saya beritahu sesuatu jika kalian kerjakan maka kalian dapat menyusul orang yang telah mendahului kalian dan tidak akan menyusul kalian seorangpun kecuali orang yang beramal seperti yang kalian amalkan tersebut !!” Lalu beliau Shallallahu âalaihi wa sallam bersabda lagi, “Bertasbîh, bertakbîr dan bertahmidlah setiap selesai shalat sebanyak tiga puluh tiga kali.” Lalu mereka mangamalkannya dan orang-orang kaya mengetahui hal itu lalu mengamalkannya seperti apa yang mereka amalkan !! Kemnudian orang-orang fakir tersebut datang lagi ke Rasûlullâh Shallallahu âalaihi wa sallam dan berkata, ‘Wahai Rasûlullâh saudara kami orang-orang kaya telah mendengar apa yang kami amalkan dan mereka mengamalkan seperti kami,’ Lalu Nabi Shallallahu âalaihi wa sallam bersabda, “Demikianlah keutamaan Allâh Azza wa Jalla diberikan kepada orang yang disukai-Nya”.[2] [ihat, Syarah Riyâdhush Shâlihîn, Ibnu Utsaimin, 1/]
Dalam hadits ini Rasûlullâh Shallallahu âalaihi wa sallam tidak mengatakan kepada mereka bahwa orang-orang yang tidak ikut itu telah mendapatkan pahala amalan mereka (yang ikut dalam peperangan) akan tetapi tidak diragukan lagi bahwa mereka telah mendapatkan pahala niat beramal tersebut. Oleh karena itu Nabi Shallallahu âalaihi wa sallam menjelaskan tentang orang yang Allâh Subhanahu wa Taâala berikan harta lalu menginfaqkannya di jalan kebaikan dan ada seorang fakir berkata, “Seandainya saya memiliki harta (seperti) Fulan, sungguh saya akan amalkan semua amalan Fulan, dalam sabdanya:
ÙÙÙÙÙ٠بÙÙÙÙÙÙتÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ùا ÙÙÙ٠اÙØ£ÙجÙر٠سÙÙÙاءÙ
Maka dia dengan niatnya dan keduanya sama-sama dalam pahala.[3]
Dalam hadits ini juga ada isyarat bahwa orang yang keluar di jalan Allâh dalam perang dan jihad maka dia mendapat pahala dari perjalanan yang ditempuhnya. Oleh karena itu Nabi Shallallahu âalaihi wa sallam bersabda :
Ù Ùا سÙرÙتÙÙ Ù Ù ÙسÙÙرÙا ÙÙÙا٠ÙÙØ·ÙعÙتÙÙ Ù ÙÙادÙÙÙا Ø¥ÙÙاÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù Ù ÙعÙÙÙÙ Ù
Tidaklah kalian berjalan di satu jalanan dan tidak pula kalian melewati satu wadi kecuali mereka bersama kalian
dan ditunjukkan juga oleh firman Allâh Subhanahu wa Taâala :
Ù Ùا ÙÙاÙÙ ÙÙØ£ÙÙÙÙ٠اÙÙÙ ÙدÙÙÙÙØ©Ù ÙÙÙ ÙÙÙ ØÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù Ù ÙÙ٠اÙÙØ£ÙعÙرÙاب٠أÙÙÙ ÙÙتÙØ®ÙÙÙÙÙÙÙا عÙÙ٠رÙسÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙا ÙÙرÙغÙبÙÙا بÙØ£ÙÙÙÙÙسÙÙÙ٠٠عÙÙÙ ÙÙÙÙسÙÙÙ Û Ø°ÙÙ°ÙÙÙ٠بÙØ£ÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙا ÙÙصÙÙبÙÙÙ٠٠ظÙÙ ÙØ£Ù ÙÙÙÙا ÙÙصÙب٠ÙÙÙÙا Ù ÙØ®ÙÙ ÙصÙØ©Ù ÙÙ٠سÙبÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙا ÙÙØ·ÙئÙÙÙÙ Ù ÙÙÙØ·ÙئÙا ÙÙغÙÙظ٠اÙÙÙÙÙÙÙار٠ÙÙÙÙا ÙÙÙÙاÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠عÙدÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙا Ø¥ÙÙÙÙا ÙÙتÙب٠ÙÙÙÙ٠٠بÙÙ٠عÙÙ ÙÙ٠صÙاÙÙØÙ Û Ø¥ÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙ ÙÙا ÙÙضÙÙع٠أÙجÙر٠اÙÙÙ ÙØÙسÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙا ÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙÙة٠صÙغÙÙرÙØ©Ù ÙÙÙÙا ÙÙبÙÙرÙØ©Ù ÙÙÙÙا ÙÙÙÙØ·ÙعÙÙÙÙ ÙÙادÙÙÙا Ø¥ÙÙÙÙا ÙÙتÙب٠ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙجÙزÙÙÙÙÙ٠٠اÙÙÙÙÙ٠أÙØÙسÙÙÙ Ù Ùا ÙÙاÙÙÙا ÙÙعÙÙ ÙÙÙÙÙÙ
Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah. Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik, dan mereka tidak menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula), karena Allah akan memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. [at-Taubah 9:120-121]
Demikian juga seorang jika berwudhu di rumahnya lalu menyempurnakan wudhunya kemudian pergi ke masjid, dia dia keluar hanya untuk shalat, maka (jika demikian keadaannya), dia tidaklah melangkah satu langkah kecuali Allâh Azza wa Jalla mengangkat satu derajat dan menghilangkan satu kesalahan. Ini merupakan keutamaan Allâh yang menjadikan wasilah (perantara satu amalan) mendapatkan pahala seperti yang telah dijelaskan oleh Rasûlullâh Shallallahu âalaihi wa sallam . wallahul muwaffiq.
FAEDAH HADITS
1. Semangatnya para sahabat untuk berjihad dan berusaha tidak ketinggalan bila tidak memiliki udzur
2. Niat yang baik bisa mencapai pahala amalan
3. Urgensi niat bagi kaum Muslimin yang mengharapkan keridhaan Allâh Azza wa Jalla
4. Seyogyanya para daâi memanfaatkan kesempatan dalam berdakwah, sebab Nabi Shallallahu âalaihi wa sallam mendakwahi para sahabatnya dan memberikan motivasi perbaikan niat ketika pulang dari perang Tabuk ke Madinah
5. Agama islam adalah agama yang mudah dan tidak memberatkan, karena mengizinkan orang yang tidak bisa berjihad karena ada udzur.
6. Orang yang memiliki udzur namun memiliki niat yang benar bisa meraih pahala para Mujahidin
7. Luasnya rahmat Allâh terhadap hamba-hamba-Nya.
Wabillahittaufiq.
Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XVI/1427/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]
_______
Footnote
[1]. Dikeluarkan oleh al-Bukhâri No. 2996 kitab al-Jihad wa as-Siyar.
[2]. Dikeluarkan oleh al-Bukhâri No. 843 kitab al-Adab dan Muslim lafadznya lafadz beliau No.595 kitab al-Masaajid.
[3]. Dikeluarkan oleh at-Tirmidzi No.2325 kitab az-Zuhud dan Ibnu Majah No.4228 kitab az-Zuhud, dan at-Tirmidzi berkata: hasan shahih.
Berpahala Dengan Niat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar