Awas Syirik!!! (2)
Syirik Akbar
Syirik akbar adalah perbuatan atau keyakinan yang membuat pelakunya keluar dari Islam. Bentuknya ialah dengan memaksudkan salah satu peribadatan (lahir maupun batin) kepada selain Allah, seperti berdoa kepada selain Allah, berkorban untuk jin, dan sebagainya. Apabila ia meninggal dan belum bertaubat maka akan kekal berada di dalam neraka.
Macam-Macam Syirik Akbar
Pertama, Syirik dalam hal doa. Yaitu perbuatan memanjatkan permohonan kepada selain Allah di samping kepada Allah. Allah taâala berfirman,
ÙÙØ¥ÙØ°Ùا رÙÙÙبÙÙا ÙÙ٠اÙÙÙÙÙÙÙ٠دÙعÙÙÙا اÙÙÙÙÙÙ Ù ÙØ®ÙÙÙصÙÙÙÙ ÙÙÙ٠اÙدÙÙÙÙÙ ÙÙÙÙÙ ÙÙا ÙÙجÙÙاÙÙ٠٠إÙÙÙ٠اÙÙبÙرÙ٠إÙØ°Ùا ÙÙÙ Ù ÙÙØ´ÙرÙÙÙÙÙÙ
âApabila mereka menaiki kapal (dan terombang-ambing di tengah samudera) maka mereka pun berdoa kepada Allah dengan ikhlas (tidak syirik sebagaimana ketika dalam kondisi tentram di darat). Kemudian tatkala Kami selamatkan mereka ke daratan maka merekapun berbuat syirik.â (QS. Al âAnkabuut: 65)
Termasuk kategori syirik ini adalah meminta perlindungan (istiâadzah) kepada selain Allah dalam perkara yang hanya dapat dilakukan oleh Allah, meminta pertolongan (istiâanah) kepada selain Allah, meminta dihilangkan bala (istighatsah) kepada selain Allah, dan lain-lain.
Kedua, syirik dalam hal niat dan keinginan. Yaitu melakukan suatu amal ibadah dengan niat karena selain Allah. Seperti orang yang beramal akhirat semata-mata untuk meraih keuntungan duniawi. Allah taâala berfirman,
Ù ÙÙ ÙÙاÙÙ ÙÙرÙÙد٠اÙÙØÙÙÙاة٠اÙدÙÙÙÙÙÙا ÙÙزÙÙÙÙتÙÙÙا ÙÙÙÙÙÙ٠إÙÙÙÙÙÙÙ٠٠أÙعÙÙ ÙاÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙا ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙÙا Ùا٠ÙÙبÙØ®ÙسÙÙÙ٠أÙÙÙÙÙÙئÙÙ٠اÙÙÙØ°ÙÙÙÙ ÙÙÙÙس٠ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙ٠اÙآخÙرÙة٠إÙÙاÙ٠اÙÙÙÙار٠ÙÙØÙبÙØ·Ù Ù Ùا صÙÙÙعÙÙا٠ÙÙÙÙÙا ÙÙبÙاطÙÙÙ Ù ÙÙا ÙÙاÙÙÙا٠ÙÙعÙÙ ÙÙÙÙÙÙ
âBarang siapa yang mengharapkan kehidupan dunia dan perhiasannya maka Kami akan penuhi keinginan mereka dengan membalas amal itu di dunia untuk mereka dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak meraih apa-apa ketika di akhirat melainkan siksa neraka dan lenyaplah semua amal yang mereka perbuat selama di dunia dan sia-sialah segala amal usaha mereka.â (QS. Huud: 15-16)
Ketiga, syirik dalam hal ketaatan. Yaitu menaati selain Allah untuk berbuat durhaka kepada Allah. Seperti contohnya mengikuti para tokoh dalam hal mengharamkan apa yang dihalalkan Allah atau menghalalkan apa yang diharamkan Allah. Allah taâala berfirman,
اتÙÙØ®ÙØ°ÙÙا٠أÙØÙبÙارÙÙÙÙ Ù ÙÙرÙÙÙبÙاÙÙÙÙ٠٠أÙرÙبÙابا٠٠ÙÙ٠دÙÙÙ٠اÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙ ÙسÙÙØ٠ابÙÙÙ Ù ÙرÙÙÙÙ Ù ÙÙÙ Ùا Ø£ÙÙ ÙرÙÙا٠إÙÙاÙÙ ÙÙÙÙعÙبÙدÙÙا٠إÙÙÙÙÙا٠ÙÙاØÙدا٠ÙاÙ٠إÙÙÙÙÙ٠إÙÙاÙÙ ÙÙÙ٠سÙبÙØÙاÙÙÙ٠عÙÙ ÙÙا ÙÙØ´ÙرÙÙÙÙÙÙ
âMereka telah menjadikan para pendeta (ahli ilmu) dan rahib (ahli ibadah) mereka sebagai sesembahan-sesembahan selain Allah, begitu pula (mereka sembah) Al Masih putra Maryam. Padahal mereka itu tidak disuruh melainkan supaya menyembah sesembahan yang satu. Tidak ada sesembahan yang hak selain Dia, Maha suci Dia (Allah) dari segala bentuk perbutan syirik yang mereka lakukan.â (QS. At Taubah: 31)
Keempat, syirik dalam hal kecintaan. Yaitu mensejajarkan selain Allah dengan Allah dalam hal kecintaan. Allah taâala berfirman,
ÙÙÙ ÙÙ٠اÙÙÙÙاس٠٠ÙÙ ÙÙتÙÙØ®ÙØ°Ù Ù Ù٠دÙÙÙ٠اÙÙÙÙ٠أÙÙدÙادا٠ÙÙØÙبÙÙÙÙÙÙÙÙ Ù ÙÙØÙبÙ٠اÙÙÙÙÙ ÙÙاÙÙÙØ°ÙÙÙ٠آ٠ÙÙÙÙا٠أÙØ´ÙدÙÙ ØÙبÙا٠ÙÙÙÙÙÙÙ
âDan di antara manusia ada orang yang mengangkat sekutu-sekutu selain Allah yang mereka cintai sebagaimana kecintaan mereka kepada Allah.â (QS. Al Baqarah: 165)
Kalau mensejajarkan saja sudah begitu besar dosanya, lalu bagaimana lagi jika seseorang justru lebih mencintai pujaannya lebih dalam daripada kecintaannya kepada Allah? Lalu bagaimana lagi orang yang sama sekali tidak menaruh rasa cinta kepada Allah?! Laa haula wa laa quwwata illa billaah (lihat At Tauhid li Shaffits-Tsaalits Al âAali, hal. 10-11)
Syirik Ashghar
Syirik ashghar (kecil) yaitu perbuatan atau keyakinan yang mengurangi keutuhan tauhid. Apabila seseorang terjerumus di dalamnya maka dia menanggung dosa yang sangat besar, bahkan dosa besar yang terbesar di bawah tingkatan syirik akbar dan di atas dosa-dosa besar lain seperti mencuri dan berzina. Namun orang yang melakukannya tidak sampai keluar dari Islam, tapi hampir-hampir saja keluar. Dan apabila meninggal dalam keadaan berbuat syirik ashghar ini maka pelakunya termasuk orang yang diancam tidak diampuni dosanya dan terancam dijatuhi siksa di neraka, meskipun tidak akan kekal di sana. Syirik ashghar ini terbagi menjadi syirik zhahir (tampak) dan syirik khafi (tersembunyi/samar).
Pertama, syirik zhahir. Jenis ini meliputi ucapan dan perbuatan fisik yang menjadi sarana menuju syirik akbar. Bisa juga diartikan dengan ucapan dan perbuatan yang disebut sebagai syirik oleh dalil-dalil syariat akan tetapi tidak mencapai tingkatan tandid/persekutuan secara mutlak. Contohnya adalah bersumpah dengan menggunakan selain nama Allah. Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam bersabda, âBarang siapa yang bersumpah dengan menyebut selain nama Allah maka dia telah kafir atau berbuat syirik.â (HR. Tirmidzi, beliau (Tirmidzi) menghasankannya, dan dishahihkan juga oleh Al Hakim). Contoh lainnya adalah mengatakan,
Ù Ùا Ø´Ùاء٠اÙÙÙÙ Ø«ÙÙ ÙÙ Ø´ÙئÙتÙ
âApa pun yang Allah kehendaki dan yang kamu inginkan.â
Ketika ada seseorang yang mengatakan ucapan itu kepada beliau, maka Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam marah dan bersabda, âApakah engkau hendak menjadikan aku sebagai sekutu bagi Allah?! Katakanlah Apa pun yang Allah kehendaki, cukup itu saja.â (HR. Nasaâi)
Atau mengatakan, âSeandainya bukan karena dokter maka saya tidak akan sembuhâ, dan lain sebagainya. Adapun yang berupa perbuatan fisik ialah seperti memakai jimat untuk tolak bala apabila meyakininya sebagai sebab perantara saja untuk mewujudkan keinginannya. Akan tetapi jika dia meyakininya sebagai faktor utama penentu tercapainya tujuan maka status perbuatan itu berubah menjadi syirik akbar dan mengeluarkan pelakunya dari lingkaran Islam.
Kedua, Syirik kafi (tersembunyi). Jenis ini terletak di dalam gerak-gerik hati manusia. Ia dapat berujud rasa ingin dilihat dan menginginkan pujian orang dalam beramal (riyaâ) atau ingin didengar (sumâah). Seperti contohnya: membagus-baguskan gerakan atau bacaan shalat karena mengetahui ada orang yang memperhatikannya. Contoh lainnya adalah bersedekah karena ingin dipuji, berjihad karena ingin dijuluki pemberani, membaca Quran karena ingin disebut Qariâ, mengajarkan ilmu karena ingin disebut sebagi âAlim, dan lain-lain. Dengan catatan dia masih mengharapkan keridhaan Allah dari perbuatannya itu. Amal yang tercampuri syirik semacam ini tidak akan diterima oleh Allah. Dan apabila ternyata dia hanya mencari tujuan-tujuan hina itu maka perbuatan yang secara lahir berupa amal shalih itu telah berubah menjadi syirik akbar, sebagaimana halnya riyaâ yang dimiliki oleh orang munafik. Rasulullah shallallahu âalaihi wasallam pernah bersabda yang artinya, âSesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kalian adalah syirik kecilâ. Maka beliau pun ditanya tentangnya. Sehingga beliau menjawab, âYaitu riyaâ/ingin dilihat dan dipuji orang.â (HR. Ahmad, dishahihkan Al Albani dalam Ash Shahihah no. 951 dan Shahihul Jamiâ no. 1551). Rasulullah shallallahu âalaihi wa sallam bersabda yang artinya, âBinasalah hamba dinar, hamba dirham, hamba Khamishah, hamba Khamilah. Jika dia diberi maka dia senang tapi kalau tidak diberi maka dia murka. Binasalah dan rugilah diaâ¦â (HR. Bukhari) (lihat At Tauhid li Shaffits Tsalits Al âAali, hal. 11-12).
Cara-Cara untuk Membentengi Diri dari Syirik
- Mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah âazza wa jalla dengan senantiasa berupaya memurnikan tauhid.
- Menuntut ilmu syarâi.
- Mengenali dampak kesyirikan dan menyadari bahwasanya syirik itu akan menghantarkan pelakunya kekal di dalam Jahanam dan menghapuskan amal kebaikan.
- Menyadari bahwasanya syirik akbar tidak akan diampuni oleh Allah.
- Tidak berteman dengan orang-orang yang bodoh yang hanyut dalam berbagai bentuk kesyirikan.
Maka berhati-hatilah saudaraku dari syirik dengan seluruh macamnya, dan ketahuilah bahwasanya syirik itu bisa berbentuk ucapan, perbuatan dan keyakinan. Terkadang satu kata saja bisa menghancurkan kehidupan dunia dan akhirat seseorang dalam keadaan dia tidak menyadarinya. Rasul shallallahu âalaihi wa sallam bersabda, âApakah kalian tahu apa yang difirmankan Rabb kalian?â Mereka (para sahabat) mengatakan, âAllah dan Rasul-Nya lebih tahuâ. Beliau bersabda, âPada pagi hari ini ada di antara hamba-Ku yang beriman dan ada yang kafir kepada-Ku. Orang yang berkata, âKami telah mendapatkan anugerah hujan berkat keutamaan Allah dan rahmat-Nya maka itulah yang beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berkata, âKami mendapatkan curahan hujan karena rasi bintang ini atau itu, maka itulah orang yang kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang.ââ (Muttafaq âalaih) (lihat sebuah buku kecil berjudul âIsyruuna âuqbatan fii Thariiqil Muslim).
Buku-Buku Tentang Tauhid dan Syirik
Para pembaca yang budiman bisa mengkaji lebih dalam lagi tentang hakikat tauhid dan syirik berdasarkan dalil-dalil Al Quran maupun Al Hadits beserta keterangan dari para ulama yang terpercaya melalui buku-buku atau kitab-kitab berikut ini:
Tsalatsatul Ushul (Tiga Landasan Utama) karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
Qawaâidul Arbaâ (Empat Kaidah Penting) karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
Kitab Tauhid Alladzi Huwa Haqqullahi âAlal âAbiid karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
Kasyfu Syubuhaat karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
Kitab Tauhid 1, 2 dan 3 karya Syaikh Shalih Al Fauzan dan para ulama lainnya
Dalaaâilut Tauhid (50 tanya jawab akidah) karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah
Tanbihaat Muhtasharah Syarh Al Wajibaat (Penjelasan hal-hal yang harus diketahui oleh setiap muslim dan muslimah) karya Syaikh Ibrahim bin Syaikh Shalih Al Khuraishi
Syarah Tsalatsatul Ushul (Penjelasan Tiga Landasan Utama) karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al âUtsaimin rahimahullah
Hasyiyah Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Abdurrahman bin Qasim Al Hanbali An Najdi rahimahullah
Taisirul Wushul ila Nailil Maâmuul karya Syaikh Nuâman bin Abdul Karim Al Watr
Hushulul Maâmul bi Syarhi Tsalatsatil Ushul karya Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan
Thariqul Wushul ila Idhaahi Tsalatsatil Ushul karya Syaikh Zaid bin Muhammad bin Hadi Al Madkhali hafizhahullah
Syarah Kitab Tsalatsatul Ushul karya Syaikh Shalih bin Abdul âAziz Alusy Syaikh hafizhahullah
Syarah Qawaâidul Arbaâ karya Syaikh Shalih bin Abdul âAziz Alusy Syaikh
Fathul Majid Syarah Kitab Tauhid (Membongkar akar kesyirikan) karya Syaikh Abdurrahman bin Hasan rahimahullah
Qaulus Sadid fi Maqashidi Tauhid (Penjabaran sistematik kitab tauhid) karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Saâdi rahimahullah
Qaulul Mufid Syarah Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al âUtsaimin rahimahullah
Ibthalut Tandiid bi Ikhtishaari Syarhi Kitabit Tauhid karya Syaikh Hamad bin âAtiq rahimahullah
Al Mulakhkhash fi Syarhi Kitabit Tauhid karya DR. Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah
Al Jadid fi Syarhi Kitabit Tauhid (Cara mudah memahami tauhid) karya Syaikh Muhammad bin Abdul âAziz Al Qarâawi
At Tamhid li Syarhi Kitabit Tauhid karya Syaikh Shalih bin Abul âAziz Alusy Syaikh hafizhahullah
Syarah Kasyfu Syubuhaat karya Syaikh Shalih Al Fauzan
Syarah Kasfyu Syubuhaat karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al âUtsaimin
Syarah Kasyfu Syubuhaat karya Syaikh Shalih bin Abdul âAziz Alusy Syaikh
At Taudhihaat Al Kasyifaat âala Kasfi Syubuhaat karya Syaikh Muhammad bin Abdullah bin Shalih Al Habdan
Ad Dalaaâil wal Isyaraat âala Kasyfi Subuhaat karya Syaikh Shalih bin Muhammad Al Asmari
Minhaaj Al Firqah An Najiyah karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
Kitab âAqidah Ath Thahawiyah karya Imam Abu Jaâfar Ath Thahawi rahimahullah
Syarah âAqidah Thahawiyah karya Imam Ibnu Abil âIzz Al Hanafi rahimahullah
âAqidah Thahawiyah Syarh wa Taâliq karya Syaikh Al Albani rahimahullah
Taâliq âAqidah Thahawiyah karya Syaikh Shalih Al Fauzan
Al Minhah Al Ilahiyah fi Tahdzib Syarh Thahawiyah karya Syaikh Abdul Akhir Hammad Al Ghunaimi- Dan lain-lain
Memurnikan Tauhid dari Kotoran Syirik
Syaikh Abdurrahman bin Hasan mengatakan bahwa makna merealisasikan tauhid ialah memurnikannya dari kotoran-kotoran syirik, bidâah dan maksiat (lihat Ibthaalu Tandiid hal. 28) Sehingga untuk bisa merealisasikan tauhid seorang muslim harus:
- Meninggalkan syirik dalam semua jenisnya: Syirik akbar, syirik ashghar, dan syirik khafi.
- Meninggalkan seluruh bentuk bidâah.
- Meninggalkan seluruh bentuk maksiat. (At Tamhiid, hal. 33)
Tauhid benar-benar akan terrealisasi pada diri seseorang apabila di dalam dirinya terkumpul tiga perkara, yaitu:
- Ilmu, karena tidak mungkin seseorang mewujudkan sesuatu yang tidak diketahuinya. Allah berfirman yang artinya, âKetahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang hak selain Allah.â (QS. Muhammad: 19)
- Keyakinan (Iâtiqad). Karena orang yang mengetahui tauhid tanpa meyakininya adalah orang yang sombong. Maka orang seperti ini tidak akan bisa merealisasikan tauhid. Hal itu sebagaimana keadaan orang musyrikin Quraisy yang paham makna tauhid tapi justru menolaknya, sebagaimana dikisahkan oleh Allah di dalam ayat-Nya yang artinya, â(mereka berkata) Apakah dia (Muhammad) akan menjadikan tuhan-tuhan yang banyak itu menjadi satu sesembahan saja. Sungguh, ini adalah perkara yang sangat mengherankan !â (QS. Shaad: 5)
- Ketundukan terhadap aturan (Inqiyad). Orang yang telah mengetahui hakikat tauhid dan meyakininya akan tetapi tidak mau tunduk terhadap konsekuensinya bukanlah orang yang merealisasikan tauhid. (lihat Al Qaul Al Mufid âala Kitab At Tauhid, jilid 1 hal. 55).
Balasan Bagi Orang yang Bersih Tauhidnya
Allah taâala berfirman,
اÙÙÙØ°ÙÙÙ٠آ٠ÙÙÙÙا٠ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙبÙسÙÙا٠إÙÙÙ ÙاÙÙÙÙ٠بÙظÙÙÙ٠٠أÙÙÙÙÙÙئÙÙÙ ÙÙÙÙ٠٠اÙØ£ÙÙ ÙÙÙ ÙÙÙÙÙ Ù ÙÙÙÙتÙدÙÙÙÙ
âOrang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.â (QS. Al Anâaam: 82)
Syaikh Hamad bin âAtiq rahimahullah mengatakan, âMereka itu adalah orang-orang yang mentauhidkan Allah dan tidak menodai tauhidnya dengan kesyirikan. Mereka itulah yang mendapatkan keamanan. Sedangkan keamanan itu ada dua macam (1) keamanan mutlak dan (2) keamanan muqayyad/tidak mutlak. Yang pertama itu ialah keamanan dari tertimpa azab. Keamanan ini diperuntukkan bagi orang yang meninggal di atas tauhid dan tidak terus menerus berkubang dalam dosa-dosa besar. Adapun yang kedua berlaku bagi orang yang meninggal di atas tauhid akan tetapi dia masih dalam keadaan berkubang dalam dosa-dosa besar. Maka dia akan memperoleh keamanan dari hukuman kekal di dalam neraka.â (Ibthalu Tandiid, hal. 19).
Semoga Allah âazza wa jalla menjadikan kita termasuk di antara hamba-hamba-Nya yang benar-benar memurnikan tauhid dari sampah-sampah syirik. Alhamdulillaahi Rabbil âaalamiin.
***
Penulis: Abu Muslih Ari Wahyudi
Awas Syirik!!! (2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar